Installing Relinux

Downloading

Downloading via PPA

Pros:

  • Probably the easiest way to download, install, and update relinux

Cons:

  • Requires adding a PPA and updating your APT sources to install

Using this method (terminal way):

sudo add-apt-repository ppa:relinux-dev/testing
sudo apt-get update
sudo apt-get install relinux

Using this method (GUI way):

  • Open the Ubuntu Software Center
  • Select Edit->Software Sources->Other software, then click on Add
  • Enter ppa:relinux-dev/testing
  • Click on OK, enter your password if asked, then close the window.
  • Search for relinux and install 🙂

Downloading via git

Pros:

  • Easy to update relinux (simply run git pull in the source directory)
  • Enables you to help develop relinux

Cons:

  • Requires git (obviously)
  • Can be tricky if one does not know the terminal well enough

Using this method:

git clone https://github.com/MiJyn/relinux
cd relinux

Downloading via zipball

Pros:

  • Simple to download

Cons:

  • Requires re-downloading and installing for each update
  • Requires manual installation

Using this method:

Download https://github.com/MiJyn/relinux/zipball/master.

Installing

If you downloaded relinux via PPA or .deb, you can safely skip this section. Otherwise, you can install by running these commands in the source directory of relinux:

make
sudo make install

Running

If you installed relinux in any way, you can run it by either selecting relinux from the menu or by running this command:

sudo relinux

If you just downloaded relinux via git or by zipball and did not install, continue reading.

You will need these packages installed:

  • python (>=2.7 or 3)
  • perl
  • libdpkg-perl
  • python-qt4
  • python-apt (or python3-apt if python3 is used)

For convenience, you can simply copy and paste this command in a terminal window:

Python 2.7:

sudo apt-get install python perl libdpkg-perl python-qt4 python-apt

Python 3:

sudo apt-get install python3 perl libdpkg-perl python-qt4 python3-apt

Usually most of these packages are already installed, but if any of them aren’t, go ahead and install them.

To actually run relinux, you simply need to run python src/relinux/__main__.py (if OSWeaver is being used, you will need to run it as root)

Sumber : https://github.com/MiJyn/relinux/wiki/Installing

BERDOA SAMBIL MENGANGKAT TANGAN

Blog Ashfiya Hani

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanyakan, “Bagaimanakah kaedah (dhobith) mengangkat tangan ketika berdo’a?”

Beliau –rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus :

Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan :
*Pertama, ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a setelah shalat istisqo’ (shalat minta diturunkannya hujan). Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat istisqo’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Juga contoh hal ini adalah mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shofa dan Marwah, berdo’a di Arofah, berdo’a ketika melempar Jumroh Al Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumroh Al Wustho.

View original post 602 more words

Adab Berbicara Bagi Wanita Muslimah

Blog Ashfiya Hani

Wahai saudariku muslimah

Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta’ala berfirman:

” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).

Artinya: “Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan merek…a, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia “. (An nisa:114)

View original post 1,155 more words

Agar Doa Kita Terkabul

Blog Ashfiya Hani

Ya Allah, Hanya Kepada-Mu lah Kami Memohon … Banyak banget kan hal di dunia ini yang tidak semuanya bisa kita lakukan sendiri. Kita pasti butuh pertolongan dari orang lain. Apalagi masalah akhirat, wah ga usah ditanya kita juga ngerti kalo Allah lah yang bisa menolong kita. Makanya Islam mengajarkan agar kita berdoa. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

View original post 1,205 more words

Allah Begitu Dekat pada Orang yang Berdoa

Blog Ashfiya Hani

Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud. Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang. Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah. Sikap seorang muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik.

Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,

View original post 939 more words

BOLEHKAH TAHAJUD SETELAH TARAWIH ?

Blog Ashfiya Hani

Bismillah,
Diperbolehkan bagi orang yang sudah melaksanakan shalat tarawih untuk menambah shalat malam dengan shalat tahajud. Hanya saja, kami menyarankan dua hal :

Pertama, hendaknya ikut imam sampai selesai, dan jangan pulang sebelum imam melakukan witir. Tujuannya, agar kita mendapatkan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadis berikut,

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة
“Siapa saja yang ikut shalat tarawih berjemaah bersama imam sampai selesai maka untuknya itu dicatat seperti shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi; dinilai sahih oleh Al-Albani)

View original post 421 more words

APA HUKUM SHALAT BERJAMA’AH BAGI WANITA

Blog Ashfiya Hani

Oleh : Syaikh Shalih Al-Fauzan

Pertanyaan :
Syaikh Shalih Al-Fauzan ditanya : Apa hukum shalat berjama’ah bagi kaum wanita?

Jawaban :
Tentang shalat berjama’ah bagi kaum wanita dengan diimami oleh salah seorang mereka, para ulama berbeda pendapat, ada yang melarang ada pula yang membolehkan.

Pendapat yang paling banyak adalah pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada larangan bagi kaum wanita untuk melaksanakan shalat berjama’ah, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan Ummu Waraqah untuk mengimami anggota keluarganya, hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah.

View original post 132 more words

USHULUS SUNNAH

Blog Ashfiya Hani

IMAM AHMAD BIN HAMBAL رحمه الله

بِـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيـْـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــمِ

Telah berkata Syaikh Imam Abul Muzhaffar ‘Abdul Malik bin Ali bin Muhammad al-Hamdani: menceritakan kepada kami Syaikh Abu ‘Abdillah Yahya bin Abil Hasan bin al-Banna. Menceritakan kepada kami bapakku, Abu ‘Ali Hasan bin Ahmad bin Abdillah bin al-Banna. Menceritakankepada kami Abul Husain Ali bin Muhammad bin Abdillah bin Busyran al-Mu’addal. Menceritakan kepada kami Utsman bin Ahmad bin Sammak. Menceritakan kepada kami Abu Muhammad al-Hasan bin Abdul Wahhab bin Abu al-‘Anbar dengan dibacakan kitabnya kepadanya pada bulan Rabiul al-Awwal tahun 293 H. Menceritakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Sulaiman al-Minqari al-Bashri di Tinniis. Menceritakan kepadaku ‘Abdus bin Malik al-Aththar. Dia berkata: Aku mendengar Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal berkata, “Pondasi Ahlis Sunnah menurut kami adalah:

View original post 2,254 more words

Menuju Cinta Hakiki

Menuju Cinta Hakiki

********
Mencermati perjalanan kata “cinta” di tengah manusia adalah suatu hal yang mengherankan bagi penuntut kehidupan kekal abadi, pengelana ke negeri akhirat. Dalam kehidupan ini, banyak insan rela untuk berkorban bagi siapa yang dia cintai, tidak peduli dengan rintangan yang harus dihadapi guna membuat yang dia cintai tenang dan bahagia. Betapa dia memberikan perhatian kepada kecintaannya dan berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Terasa hatinya gundah-gulana tatkala yang dicintainya dirundung duka dan kesedihan. Atau amatlah besar kepedihan hati dan kesengsaraan tatkala dia mendapatkan dari yang dia cintai ada yang selain dari apa yang dia harapkan.

Memang merupakan tabiat manusia untuk mencintai siapa yang berbuat baik kepadanya, atau paling tidak membalas budi kepadanya, dan ini adalah dasar pokok tumbuhnya cinta pada sebagian manusia kepada sebahagian lainnya. Namun, bukankah segala nikmat dan kebaikan yang dia dapatkan dari orang yang dicintainya adalah berasal dari Allah?

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kalian meminta pertolongan.” [An-Nahl: 53]

Adakah suatu nikmat yang dia berikan kepada orang yang dia cintai tidak berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla, sedang dia mengetahui bahwa hanya milik Allah-lah segala yang di langit dan di bumi?

Inilah letak keheranan sekaligus renungan pelajaran dalam samudra kehidupan yang penuh dengan cobaan dan godaan ini.
Pembaca yang terhormat, ketahuilah bahwa tiada kebahagiaan dan keberuntungan yang lebih besar dari kecintaan kepada Allah. Itulah surga dunia dan kenikmatan hakiki.

Kecintaan kepada Allah adalah kenikmatan jiwa, kehidupan ruh, kegembiraan diri, energi hati, cahaya akal, penyejuk mata dan kemakmuran batin. Tiada hal yang lebih nikmat dan lebih sejuk bagi hati yang sehat, jiwa yang baik, dan akal yang jernih dari kecintaan kepada Allah, rindu untuk beribadah kepada-Nya dan berjumpa dengan-Nya.

Kecintaan kepada Allah ialah ruh kehidupan, siapa yang luput darinya maka tergolong ke dalam bangkai-bangkai yang berjalan. Ia adalah cahaya, siapa yang tidak berbekal dengannya maka dia akan berada dalam lautan kegelapan. Ia adalah penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka hatinya akan terjangkit oleh seluruh penyakit. Dan ia adalah kelezatan, siapa yang tidak menemukannya maka hidupnya hanya sekedar gundah gulana dan kepedihan.

Kecintaan kepada Allah inilah yang mengantarkan hamba kepada negeri yang hanya dapat dicapai setelah menjalani berbagai rintangan dan kesulitan. Dan dengan cinta inilah, seorang hamba meraih kedudukan dan derajat yang didambakan oleh setiap hamba yang shalih.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Ada tiga perkara, yang barangsiapa perkara-perkara tersebut terdapat padanya, maka dia akan merasakan kelezatan iman, (yaitu) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya, hendaknya dia cinta kepada seseorang, tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah dan hendaknya dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”

Membahas masalah kecintaan kepada Allah adalah menyibak samudra yang sangat luas. Namun cukuplah di sini kita mengisyaratkan akan tiga hal.

Kecintaan kepada Allah adalah pondasi ibadah.

Berkata Ibnu Taimiyah, “Kecintaan kepada Allah, bahkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya termasuk kewajiban yang paling agung, dasarnya yang paling besar dan pondasinya yang mulia. Bahkan dia adalah dasar setiap amalan, dari berbagai amalan keimanan dan agama.”

Ibnul Qayyim bertutur pula, “Pondasi ibadah adalah cinta kepada Allah. Bahkan mengesakan Allah adalah dengan kecintaan itu, di mana segala cinta hanya untuk Allah. Tidak boleh selain Allah dicintai bersama Allah. Akan tetapi kecintaannya hendaknya karena Allah dan pada Allah, sebagaimana dia mencintai para nabi dan rasul, para malaikat dan para wali. Kecintaannya kepada mereka adalah dari kesempurnaan kecintaannya kepada Allah dan bukan cinta kepada mereka bersama Allah.”

Maksudnya bahwa segala cinta itu hanya untuk Allah. Bila seorang hamba memberi cinta kepada makhluk, maka kecintaan tersebut juga karena Allah dan karena melaksanakan perintah-Nya, sebagaimana seorang mukmin cinta kepada para nabi, para malaikat, kaum mukminin dan selainnya. Adapun siapa saja yang mencintai makhluk dengan cinta ibadah, atau di samping cinta kepada Allah  dia juga mencintai makhluk maka hal tersebut tergolong perbuatan kesyirikan yang mengeluarkan pelakunya dari keislaman, sebagaimana dalam firman Allah,

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang  yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaa-Nya (niscaya mereka menyesal).” [Al-Baqarah: 165]

Tanda-tanda Cinta kepada Allah

Berikut ini beberapa ayat yang menjelaskan tanda-tanda kecintaan kepada Allah.

Di antaranya adalah firman Allah,

“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Âli ‘Imrân: 31]

Ayat ini menjelaskan bahwa tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah dengan mengikuti Rasulullah shallalâhu ‘alaihi wa sallam dalam segala tuntunan dan syariat yang beliau bawa, secara zhahir maupun bathin.

Selanjutnya, firman Allah Ta’âlâ,

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al-Mâ`idah: 54]

Dalam ayat ini terdapat empat tanda kecintaan hamba kepada Allah:

Pertama, dia berlemah lembut kepada sesama mukmin.

Kedua, dia bersikap keras dan benci kepada orang-orang kafir.

Ketiga, dia berjihad di jalan Allah dengan segala kemampuannya, baik dengan harta, lisan, badan maupun hatinya.

Keempat, dia tidak takut terhadap celaan manusia dalam menjalankan perintah-perintah Allah ‘Azza wa Jalla.

Selain itu, dari tanda kecintaan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla adalah mendahulukan Allah dan Rasul-Nya di atas segala perkara. Allah Jalla Sya’nuhu berfirman,

“Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat-tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya,” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [At-Taubah: 24]

Dari tanda kecintaan hamba kepada Allah adalah benci kepada apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.

Sebab-sebab Penumbuh Cinta kepada Allah

Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebutkan sepuluh sebab yang akan menumbuhkan dan menambah rasa cinta seorang hamba kepada Rabb-nya. Berikut sepuluh sebab tersebut.

1.      Membaca Al-Qur`ân dengan tadabbur dan memahami maknanya.
2.      Memperbanyak ibadah nafilah (sunnah) setelah menunaikan ibadah-ibadah wajib.
3.      Memperbanyak dzikir kepada Allah dalam segala keadaan.
4.      Lebih mendahulukan pelaksanaan dari apa yang dicintai oleh Allah, walaupun hal tersebut menyelishi hawa nafsunya.
5.      Membawa hati untuk mencermati nama-nama dan sifat-sifat Allah dan menelusuri taman-tamannya.
6.      Menyaksikan kebaikan, kebajikan dan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya.
7.      Menundukkan diri di hadapan Allah Subhânahu wa Ta’âla.
8.      Berkhalwat dan bermunajad kepada-Nya di waktu malam, terkhusus pada sepertiga malam terakhir.
9.      Duduk dengan orang-orang shalih.
10.  Menghindari segala sebab yang bisa memisahkan antara hatinya dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

Tentunya sepuluh sebab di atas bersumber dan dari berbagai keterangan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang senantiasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan beramal dengan ketaatan. Wallâhu Ta’âla A’lam.

Sumber : almadinah.or.id

Jadwal Kajian Sunnah Pontianak

JADWAL TAKLIM PONTIANAK DAN SEKITARNYA
************
Bismillah,
#Hari Senin
Kitab : Hilyah Tholibil Ilmi (Perhiasan Bagi Penuntut Ilmu) Karya Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullah.
Pemateri: Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu : ba’da magrib – selesai
Tempat : Masjid Muwahidin jln KH Wahid Hasyim (jln penjara) Gg. Usaha 1.
———————————————————————-
Kitab : Riyadhussholihin
Pemateri : Ustadz Shofi’ul Fuad
Waktu: Ba’da Magrib
Tempat : Surau Nurul Jannah Gg. Sawasembada 2 Siantan
———————————————————————–
#Hari Selasa (*Kajian di masjid Al-Jamaah, bergantian)
Minggu pertama
Kitab : Tafsir ( Tafsir Karimurihman Karya Syeikh Abdurrahman Assa’di)
Pemateri : Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu : Ba’da Isya’ – Selesai
Tempat : Masjid Al-Jama’ah (Jl. Sumatera Gg. Surya)
————————————————————
Minggu Kedua
Kitab : Jaami’ul Ulum Walhikam Karya Ibnu Rajab Alhambali (Syarah Arbain Nawawi )
Pemateri : Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu :  Ba’da Isya’- Selesai
Tempat : Masjid Al-Jama’ah (Jl. Sumatera Gg. Surya)
—————————————————————
Minggu ketiga & Minggu Ke-Empat
Kitab :    Kitab Tauhid ( Syeikh Abdulwahab Attamimi rahimahullah)
Pemateri : Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu :  Ba’da Isya’- Selesai
Tempat : Masjid Al-Jama’ah (Jl. Sumatera Gg. Surya)
————————————————————
Kitab : Tafsir Al-Quranul Karim Juz Amma
Pemateri: Ustadz Shofi’ul Fuad
Waktu : Ba’da Magrib – Isya’
Tempat : Masjid Arrofi’ul A’la PERUM 3
———————————————————————–
#Hari Rabu.
Kitab : Riyadhusshalihin
Pemateri: Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu : Hari Rabu, Ba’da Magrib – Isya’
Tempat : Masjid Arrofi’ul A’la PERUM 3
——————————————————————————
#Kamis (*Kajian Khusus Mahasiswa & Sederajat)
Kitab : Arbain Nawawi ( Karya Syaikh Utsaimin rahimahullah)
Pemateri : Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu: Ba’da Ashar – Selesai
Tempat : Mushalla Al-Istiqomah Fakultas Teknik Untan
—————————————————————-
Kitab :    Ushul Tsalatsah ( 3 LANDASAN UTAMA) Karya Muhammad At-Tamimi.
Pemateri : Ustadz Abu Abdillah Amir bin Yahya
Waktu: Ba’da Magrib – Selesai
Tempat : Ma’had Al-Madinah (Jl. Danau Sentarum, Gg. Danau Indah/Komp Palestine, Surau AT-TIIN)
—————————————————————-
Kitab :    Umdahtul Ahkam (Fiqih)
Pemateri : Ustadz Abu Abdillah Amir bin Yahya
Waktu: Ba’da Isya’ – Selesai
Tempat :  Ma’had Al-Madinah (Jl. Danau Sentarum, Gg. Danau Indah/Komp Palestine, Surau AT-TIIN)
——————————————————————
#Hari Jum’at
Kitab : Ushul Tsalatsah ( 3 LANDASAN UTAMA) Karya Muhammad At-Tamimi.
Pemateri : Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu: Ba’da Magrib – Selesai
Tempat : Masjid Muwahidin (Jl. KH Wahid Hasyim, Gg. Usaha 1)
————————————————————————
Kitab : Tahsinul Qur’an
Pemateri : Ustadz Shofi’ul Fuad
Waktu: Ba’da Magrib – Selesai
Tempat : Masjid Abdullah Komplek Golf Permai jln. 28 Oktober siantan hulu
———————————————————————-
*KAJIAN KHUSUS AKHWAT
Kitab: Fiqih Wanita
Pemateri: Ustadz Abu Abdillah Amir bin Yahya
Waktu: Ba’da Magrib-Selesai
Tempat: Ma’had Al-Madinah (Jl. Danau Sentarum, Gg. Danau Indah/Komp Palestine, Surau AT-TIIN)
———————————————————————-
#Hari Sabtu
Kajian Tematik (*Pematerinya tiap minggu bergantian)
Pemateri: Ustadz Haekal Awla, Ustadz Shofi’ul Fuad & Ustadz Abu Abdillah Amir bin Yahya
Waktu : Ba’da Isya’ – Selesai
Tempat : Masjid Al-Jama’ah (Jl. Sumatera Gg. Surya)
——————————————————————————————-
#Hari Ahad
Kitab : Shohih Fiqhus Sunnah (fiqih)
Pemateri: Ustadz Ridwansyah Siregar
Waktu : 10:10 Pagi – Selesai
Tempat : Masjid Al-Muhtadin Untan
——————————————————————————————–
Kitab : Bulughul Maram (fiqih)
Pemateri: Ustadz Haekal Awla
Waktu : Ba’da Magrib – Selesai
Tempat : Masjid Nur Salim (Jln Pancasila) —————————————————————————–
Kitab : Aqidah, Karya syekh Abdullah al Jibrin
Pemateri : Ustadz Shofi’ul Fuad
Waktu: Ba’da Isya’ – Selesai
Tempat : Masjid Darul Ifan Komplek BAPELKES DEPKES jln. 28 oktober
*Afwan, jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diberitahu kepada Admin Fkmi Al-Atsari Pontianak.
CP: 085750153618 (IM3) & 089675436412 (3)